Magelang,Kompas86id.com – Di tengah maraknya penggunaan wadah berbahan plastik, para perajin besek bambu di Dusun Jetak, Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, masih setia menjaga kelestarian warisan kerajinan tradisional.
Salah satunya adalah Sudarwiyah (65), perajin besek yang telah menekuni pekerjaan ini sejak tahun 1980-an. Ia tetap bertahan meski hasil yang diperoleh tak seberapa dan peminat produk anyaman bambu semakin menurun.
Dalam sepekan, Sudarwiyah hanya mampu menghasilkan sekitar 30 tangkep atau 60 buah besek berukuran 20×20 cm. Setiap hasil karyanya kemudian disetorkan kepada pengepul di dusunnya untuk dijual kembali kepada konsumen.
Harga jual besek pun tergolong murah. Untuk satu kodi tangkep (40 besek ukuran kecil 15×15 cm), hanya dihargai sekitar Rp22.000. Padahal, dari sebatang bambu yang bisa menghasilkan sekitar 60 pasang besek, keuntungan bersih yang diperoleh sangat tipis setelah dikurangi biaya bahan baku.
“Memang sekarang kalah dengan produk plastik. Tapi selama masih ada yang membeli, saya ingin tetap membuat besek supaya tidak punah,” ujar Sudarwiyah, Minggu (19/10/2025).
Sayangnya, hingga kini para perajin besek di Dusun Jetak belum pernah menerima bantuan modal atau perhatian dari pemerintah desa maupun pihak terkait. Padahal, mereka berharap ada dukungan, setidaknya untuk biaya bahan baku agar produksi bisa terus berjalan.
“Kami akan sangat bersyukur kalau ada bantuan, terutama untuk beli bambu. Biar kerajinan ini bisa tetap ada,” tambahnya.
Kerajinan besek di Dusun Jetak sejatinya merupakan aset budaya dan potensi lokal Desa Sidorejo yang layak dilestarikan. Para perajin berharap perhatian dan dukungan pemerintah bisa menjaga agar tradisi ini tidak hilang ditelan zaman.
( A-PPI)
