Tangis Ibu Tati di Rumah Hampir Roboh: “Saya Hanya Ingin Punya Tempat Berteduh yang Layak…”

Tangis Ibu Tati di Rumah Hampir Roboh: “Saya Hanya Ingin Punya Tempat Berteduh yang Layak…”

Bagikan artikel ini

Tasikmalaya-Kompas86id.com
Di sebuah sudut kecil Kampung Cisengkol RT 001 RW 007, Kelurahan Setiamulya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, berdiri sebuah rumah reyot yang nyaris roboh. Di rumah sederhana itu, Tati (56 tahun), seorang janda, menjalani hari-harinya bersama sang anak Abdul Rojak, yang hingga kini belum menikah.
Hidup Tati adalah potret perjuangan di tengah keterbatasan. Dinding rumah yang lapuk, atap bocor, dan lantai tanah menjadi saksi bisu betapa beratnya kehidupan yang harus ia jalani setiap hari.
Kisah pilu ini terungkap saat Mumuh Kostaman dari Misi Kemanusiaan Yayasan Bina Karya Negeri datang berkunjung ke kediaman Tati. Begitu tiba di lokasi, suasana haru langsung menyelimuti.
Dengan mata berkaca-kaca, Tati menuturkan kisah hidupnya yang penuh luka dan air mata.
“Sebelum tinggal di sini, saya sempat hidup di Bandung bersama anak tiri,” ucap Tati lirih sambil menahan tangis. “Tapi saya diusir… katanya saya hanya merepotkan. Akhirnya saya pulang ke Tasikmalaya, ke rumah keluarga ini. Walaupun rumah ini hampir roboh, saya tidak punya tempat lain untuk pergi,” lanjutnya dengan suara bergetar.
Mendengar cerita itu, Mumuh Kostaman hanya bisa terdiam.
“Ibu Tati, sebenarnya saya datang hanya untuk bersilaturahmi,” ujarnya dengan nada sedih. “Namun setelah mendengar kisah ibu, hati saya benar-benar tersentuh. Berat sekali ujian yang ibu jalani. Insyaallah, kami akan berusaha mencari jalan agar ibu bisa mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak.”
Kini, Ibu Tati hanya bisa berharap ada tangan-tangan dermawan yang tergerak menolong. Rumahnya tak lagi mampu melindungi dari hujan dan angin, sementara usianya semakin renta.
“Kalau malam, angin masuk dari celah dinding. Kalau hujan deras, saya dan anak hanya bisa menepi di pojok ruangan supaya tidak kehujanan,” ucap Tati lirih, menunduk menahan air mata.
Dalam kesederhanaannya, Ibu Tati tetap tegar. Ia tak pernah meminta banyak, hanya ingin tempat berteduh yang layak dan kesempatan hidup dengan tenang di sisa usianya.
Beberapa waktu kemudian, Mumuh Kostaman kembali datang untuk kedua kalinya, membawa satu karung beras, sembako (tepung terigu, kecap, gula, kerupuk, telur), serta uang tunai dari para dermawan dan Hamba Allah yang peduli. Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis, disaksikan oleh Bapak Lukman (Ketua RT 001) dan Bapak Suherlan (Ketua RW 007).
“Bantuan ini mungkin tidak seberapa, tapi kami berharap bisa meringankan sedikit beban hidup Ibu Tati,” ujar Mumuh dengan haru.
Tetangga sekitar pun mengenal Ibu Tati sebagai sosok sederhana dan sabar. Ketika tak punya apa-apa untuk dimakan, sering kali ia hanya bisa berharap uluran tangan dari tetangga yang masih peduli.
________________________________________
🤲 Mari Ulurkan Tangan untuk Ibu Tati
Sekecil apa pun bantuan Anda — baik berupa bahan bangunan, sembako, pakaian, maupun dana — akan sangat berarti untuk memberi harapan baru bagi seorang ibu yang telah lama berjuang sendirian di tengah kerasnya hidup.
Bantuan dapat disalurkan melalui:
Yayasan Bina Karya Negeri
🏦 Bank BJB
No. Rekening: 011 365 521 610 0
Atas Nama: Yayasan Bina Karya Negeri
🏦 Bank Syariah Indonesia (BSI)
No. Rekening: 722 085 591 5
Atas Nama: Bina Karya Negeri
📞 Layanan Darurat Donasi (WA): 0821 1808 8424