Brebes Jateng-Mediakompas86.com
Masyarakat desa sekitar wilayah kecamatan Jatibarang, menjadi kesulitan dalam membuang sampah , akibatnya sungai dan pinggir jalan menjadi sasarannya .
Dengan demikian berdampak menjadi persoalan baru , karena pembuangan sampahnya sembarangan .
Dan ini dikeluhkan oleh sejumlah Kepala Desa , terutama yang tidak memiliki lahan pembuangan sampah.
Sebagai sample dua desa kecamatan Jatibarang , desa Klikiran dan desa Kebogadung saat ditemui kepala desanya dan diwawanara ,Kamis 23/1/2025 , terkait dampak dari ditutupnya TPS Bersama yang berlokasi masuk wilayah banda desa Janegara berbatasan dengan desa Buaran .
Abdurokhim kades Klikiran dan Meliyadi kades Kebogadung mengatakan bahwa ditutupnya TPS Bersama Jatibarang , dalam kurun waktu satu tahun lebih , tahun 2023 menjadi persoalan baru didesa perihal sampah , karena wilayah desanya tidak mempunyai lahan khusus untuk pembuangan .
Mereka berdua cukup kecewa dan prihatin , sudah anggarannya besar hanya berjalan kurang lebih tiga tahun saja , dari tahun 2019 sampai dengan 2022 .
Disampaikan kepada awak Mediakompas 86.id bahwa penutupan tersebut berdampak juga kurang baik akibatnya, banyak masyarakat akhirnya membuang sampahnya sembarangan, ada yang dipinggir jalan dan adapula yang disungai , walaupun sudah ada dipasang papan peringatan Jangan Buang Sampah Disungai , tetapi tetap saja membandel “Ungkapnya .
Sementara pihak Bumdesma kecamatan Jatibarang, ketika dikonfirmasi awak Mediakompas 86.com , Kamis 30/1/2025 dikantornya saat diwawancara terkait penutupan TPS Bersama tersebut , Yani selaku ketua Bumdesma jecamatan Jatibarang menjelaskan , bahwa dampak dari penutup itu para Kades , kecewa dapat dimaklumi karena ada efek yang ditimbulkan didesanya dan menjadi polemik dimasyarakatnya .
Ketua Bumdesma Yani menjelaskan kronologis tentang TPS bersama dan sampai akhirnya ditutup ,bahwa TPS itu merupakan hasil keseoakatan Rapat MAD seluruh desa wilayah kecamatan Jatibarang tahun 2018 dan direalisasikan tahun 2019 .
Dengan anggaran Dana Desa sebesar rp 100 juta perdesa sehingga total anggaran mencapai rp 2.2 milyar sebab ada 22 desa dikecamatan Jatibarang , peruntukan dari anggara untuk membangun gedung atau tempatnya , mesin pembakaran dan pengolahan sampah serta sewa kontrak lahan kepada pemdes Janegara , karena status lahannya merupakan bengkok desa .
Pengelolaannya dalam bentuk Bumdesma dan pada waktu itu dipilihlah ketua Didik Setyadi berhalan dua tahun , karena TPS Bersama cukup besar Cosh nya ada unit usaha lain disamping pengelolaan sampah, yaitu penanaman buah jambu Kristal, Tomat , Cabe dilahan yang kosong sekitar bangunan, tapi berjalannta waktu gagal karena banjir .
Setelah ketua nya meninggak dunia digantikan oleh Agus Sutomo mantan kades Jebon Agung , dia juga melakukan sampingan unit usaha lain , yaitu Pemancingan dengan harapan bisa menghasilkan untuk menambah biaya operasional TPS , namun usaha itu hanya berjalan sebentar juga kena mushibah kebanjiran sehingga ikannya pada hilang hanyut kena arus air banjir ” Jelasnya .
Ditambahkan penyampaian oleh Yani selaku ketua Bumdesma Jatibarang kalau dari awal kesepakatan semua kades kecamatan Jatibarang , bahwa TPS itu bukan TPSA, tapi sifatnya pengelolaan atau mengilah , dari sampah jenis organik dijadikan pupuk kompos dan yang non organik seperti botol plastik dijadikan biji plastik kerja sama dengan PT semacam PT Gobel dengan system daur ulang .
Sedangkan sampah yang tidak berguna macam plastik kresek dan sejenisnya dibakar , residu pembakaran dibuang ke TPS Akhir di Kali wlingi .
Sementara yang terjadi kiriman sampah dari desa – desa tidak dipilah , semua dicampur , vahkan ada sampah kasur , kain , gedebok pisang dan yang lain , sehingga sampah menumpuk di TPS tersebut , butuh tenaga lebih guna memilahnya dan disamping itu kemampuan kapasitas mesin pengolahan pun tidak memadai karena masukan sampah terlalu banyak pada mesin akhir mesin rusak berhenti .
Tetapi kiriman sampah dari desa masih terus dan tidak bisa dikirim ke TPSA kabupaten.
Dengan menumpuknya sampah yang begitu banyak , berakibat dampak Polusi , baik bau busuk maupun banyak Lalat , sehingga mencemari linggkungan desa Buaran dan sekitarnya, karena hal tersebut warga jadi komplen sampai akhirnya ditutup resmi tahun 2023 ” Pungkasnya .
( Fajar )