Rengat, Riau – mediakompas86.com – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Indragiri Hulu, Provinsi Riau menggelar dialog kerukunan umat beragama dalam rangka menghindari konflik dan mensukseskan kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Inhu.
“Dialog ini sebagai langkah menghindari konflik yang berpotensi terjadinya perpecahan dan pembenaran paham sepihak,” kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Inhu Bambang Indramawan di Rengat, Senin pagi.
Dialog bersama tokoh agama dan organisasi keagamaan pertama di Kecamatan Seberida pada Senin (26/6/2023) untuk mengantisipasi munculnya berbagai konflik di tengah masyarakat setempat. Sebab Indragiri Hulu adalah salah satu wilayah keberagaman agama, suku, ras dan bahasa.
Sementara kerukunan umat beragama merupakan sebuah kondisi yang harus terus diperjuangkan ketika menginginkan kehidupan bermasyarakat yang aman, damai.
Untuk itu, perlu sebuah sikap tulus sehingga kerukunan yang terjadi bukanlah hanya pada tataran konsep tetapi dinamis menghendaki seluruh umat beragama mampu memberikan kontribusi nyata dalam membangun kerukunan.
“Tentu diharapkan, dapat menghasilkan karya – karya nyata dan mampu memadu sebuah jalinan kerjasama dalam menjawab berbagai tantangan zaman,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, dialog bukan media untuk saling mendiskreditkan dan berlomba – lomba untuk menunjukan kehebatan penganut dan kebenaran. Jadi, tujuan dialog adalah menetapkan suatu teologi universal, tidak menyerang pandangan tetapi sebagai memperkuat kerukunan umat beragama dan mensukseskan Pemilu 2024.
Secara nasional, karena, Indonesia merupakan negara multi kultural dengan berbagai keragaman yang dimiliki baik suku, agama dan ras serta bahasa.
Kenyataannya, keberagaman ini telah menempatkan Indonesai sebagai salah satu negara besar dan kaya.
Kondisi ini tentunya menuntut seluruh elemen bangsa ini untuk senantiasa berupaya untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan, karena tidak jarang keragaman sering menimbulkan berbagai konflik dalam masyarakat.
“Dalam hubungan dengan keragaman agama kita dihadapkan sebuah kondisi dimana agama sering dijadikan alat,” sebutnya.
Alat yang cukup ampuh untuk memprovokasi umat beragama terlibat dalam konflik. Hal ini memungkinkan disebabkan oleh sikap atau perasaan tidak nyaman untuk hidup dalam perbedaan agama.
Karena, menganggap pemeluk agama lain atau paham lain sebagai ancaman bahkan kerap terjadi monopoli kebenaran ajaran. Seseorang menganggap pahamnya yang paling benar dan yang lainnya sesat.
Sikap ini langsung atau tidak langsung akan menimbulkan sikap resistensi dan akan terjebak dalam sikap konservatif yang menganggap benar diri sendiri dan menutup diri terhadap berbagai dialog.
Keberagaman agama dan paham sesungguhnya merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri dalam dunia nyata, sehingga setiap umat beragama mempunyai kewajiban menghormati agama dan paham lain.
Tidak membeda – bedakan keberagaman, tidak semata menunjukan pada kenyataan adanya kemajmukan.
“Tetapi lebih lebih dari pada itu perlu keterlibatan kita sebagai umat dan masyarakat terhadap kenyataan keberagaman itu,” lanjutnya.
Sedangkan, Kepala Bidang Ketahanan Ekonomi, Sosial Budaya, Agama, dan Organisasi Kemasyarakatan Badan Kesbangpol Inhu Elpi Pistori menambahkan, agar acara berjalan optimal dan sukses ada tiga narasumber diundang untuk memberikan pembekalan.
Tiga narasumber tersebut yakni, dari Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Inhu Rajuki Ridwan, dari Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Arifin Achmad dan Kepala Urusan Agama (KUA) Seberida yang diwakili oleh Bendrawadi.
Sedangkan, peserta ada 20 orang, masing – masing dua perwakilan desa se Kecamatan Seberida.
Kegiatan perdana dilaksanakan di Seberida, sebagai komitmen Pemerintah Daerah Inhu dalam rangka menjaga kerukunan umat dan selanjutkan akan dilaksanakan di kecamatan lainnya. ***