Kabupaten Tegal Jateng-mediakompas86.com
Adanya Penjualan buku LKS seharga Rp 15 000 Di keluhkan orang tua wali murid. Meski tidak ada kewajiban membeli buku tersebut, namun mempengaruhi siswa lainnya yang tidak mampu untuk ikut-ikutan membeli.
“Memang untuk sifatnya tidak wajib, tidak beli tidak apa-apa. Tapi kalau tidak beli, ya anak saya pasti malu soalnya murid yang lain pada beli,” ujar orang tua murid yang menolak diungkap identitasnya,
Ia menyebut bahwa sebelumnya sudah ada beberapa siswa membeli buku LKS lalu anaknya merengek meminta dibelikan buku yang sama dengan temannya. Anaknya malu belum punya buku LKS seperti temannya.
Diungkapkannya bahwa buku LKS itu tidak ada dalam musyawarah dengan orang tua murid saat pendaftaran atau anak masih kelas.
“Anak saya minta dibelikan buku LKS setelah melihat temannya beli.Dengan harga masing-masing Rp 15 ribu,” ungkapnya.
Orang tua murid sebenarnya mengaku keberatan, walaupun tidak ada kewajiban untuk membeli.Akan tetapi diminta anaknya supaya membeli dan punya bukunya. Ia merasa keberatan lantaran pekerjaan hanya buruh dengan penghasilan pas-pasan.
Pihak kepala sekolah yang sejauh ini hendak dikonfirmasi Media mediakompas86.com selalu tidak ada di tempat dengan berbagai dalih. Dihubungi melalui sambungan telepon juga tidak direspon.
Sementara itu keterangan dari puhak salah saru Guru MTS N Bojong kab.Tegal menyebutkan bahwa menjual buku LKS itu perintah atasan. Dirinya hanya diminta untuk mengelola saja, meski sempat menolak namun tidak berdaya karena yang memberikan perintah kepala sekolah.
“Saya itu manut sama (Kepsek) saja pak. Kemarin sudah di rembug sama . Saya manut dengan atasan mengikuti perintah itu, saya juga ditunjuk.
Ia menjelaskan bawah pembelian buku tersebut semua melalui koprasi sekolah, karena buku tersebut di drop ke koprasi. Dirinya bertugas sebagai penerima saja, tidak ada paksaan kepada siswa untuk membeli buku LKS.
Pihaknya justru menyarankan kepada murid bila tidak ada uang untuk membeli buku LKS bisa ditulis tangan atau mengkopinya karena jumlah lembarannya tidak terlalu banyak.
“Pembelian melalui koprasi semua, lewat sini semua. Gimana lagi sudah di drop ke sini, ya yang mau beli monggo, yang tidak ya tidak apa-apa. Ada anak tidak punya uang, ya sudah difotocopy soalnya saja. Kerjakan di buku paket, ada pegangan buku paket sih,” katanya berdalih.
Disebutkan total mata pelajaran untuk semuanya 12, harga buku LKS nya pun tidak sama. Sedangkan harga buku LKS ada yang Rp. 15 ribu per mata pelajaran.
Guru itu juga mengaku tidak memaksa siswa untuk membeli buku LKS lantaran buku banyak yang diretur atau dikembalikan kepada yang memasok sehingga sempat marah karena banyak yang dikembalikan.
Adapun terkait adanya surat edaran dari dinas yang tidak memperbolehkan pembelian LKS, yang bersangkutan terkesan mengabaikan karena berdalih sudah ada Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) yang dianggap memperbolehkan praktik tersebut.
“MKKS kan memperbolehkan, lha gimana. Guru hanya mengikutinya saja.
Sedangkan Buku LKS sudah di biayai oleh dna Bos,bukan di beban kan oleh oleh murid atau orang tua murid,sesuai edaran Permendikbud no 8 tahun 2016,yang melarang sekolah menjual buku LKS.
Red