
CIMAHI– Kota Cimahi memang berbeda dengan kota lain yang ada dibumi Nusantara (Indonesia). Perbedaaan tersebut sangat mencolok dengan tata ruang luasan wilayah yang hampir 80 persen wilayahnya dikuasai militer. Oleh karena itu banyak orang yang mengetahui bila Kota Cimahi dikenal sebagai kota tentara (Militer).
Kebanggaan tersebut diperlihatkan Kota Cimahi, sebagai distrik militer warisan belanda semasa penjajaha yang meninggalkan bangunan – bangunan bersejarah masa perjuangan yang dikenal sebagai lumbung (Gudang) senjata saat itu.
Baca Juga : target 651 kk peroleh sanitasi pemkot cimahi dukung upaya sanitasi berbasis masyarakat
Pada masa pendudukan kolonial Belanda, Cimahi memang dijadikan sebagai basis militer untuk tentara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL). Saat ini kawasan di Cimahi yang paling terasa nuansa militernya ialah sepanjang Jalan Gatot Subroto atau biasa dikenal dengan kawasan Rajawali.
Dari beberapa bangunan tersebut, diantaranya adalah: Rumah Sakit Dustira (1886), The Historich (1887), Stasiun Kereta Api Tjimahi (1886), Gereja Santo Ignatius, dan fisik bangunan lainnya dengan gaya arsitekturnya yang unik. Dari bangunan tersebut nantinya akan dijadikan sarana hiburan dan edukasi wisatawan yang rencananya bakal ada bangunan bersejarah lain yang akan berstatus bangunan cagar budaya.
Bahkan di Kota Cimahi pun terdapat makam para pemimpin dan tentara Hindia Belanda yang disemayamkan di Leuwigajah bernama “Kerkhof” Juga keberadaan bangunan Ereveld dari 7 bangunan di Indonesi salah satunya ada di Cimahi – Leuwigajah.
Siapapun yang ingin mengetahui tentang heritage khususnya sejarah kemiliteran di Indonesia akan mendapatkannya di Kota Cimahi. Warisan budaya atau heritage itu sendiri bukan hanya berupa bangunan saja, bisa juga berbentuk non fisik seperti budaya, cerita rakyat, tradisi, adat, bahasa daerah, dan paket wisata militer yang bisa dilaksanakan di pusdik-pusdik yang ada di Kota Cimahi.
Cimahi mulai dikenal ketika Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels membuat jalan Anyer-Panarukan pada tahun 1811. Dan saat itu, Cimahi dijuluki sebagai “Kota Tentara” karena banyak pusat pendidikan untuk tentara, di antaranya Pusat Pendidikan Artileri Medan (Pusdikarmed) dan Pusat Pendidikan Pengetahuan Militer Umum (Pusdikpengmilum).
Bagaimana perkembangan Kota Cimahi setelahnya?
Pada 21 Juni 2001, Cimahi ditetapkan sebagai kota otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2001. Cimahi terdiri dari 3 kecamatan, yaitu:
Kecamatan Cimahi Utara dengan 4 kelurahan Kecamatan Cimahi Tengah dengan 6 kelurahan. Kecamatan Cimahi Selatan dengan 5 kelurahan
Lalu bagaimana dengan makna “Cimahi Campernik”?
Visi Cimahi Campernik ialah Kota Maju, Unggul, dan Berkelanjutan untuk pembangunan 20 tahun ke depan.
Cimahi Campernik berarti kota yang aman yang secara historis dikenal sebagai kota pendidikan militer dan selanjutnya berkembang menjadi kota yang memiliki aktivitas ekonomi dengan basis kreativitas dan teknologi digital yang terus bergerak mengikuti jaman yang maju unggul dan berkelanjutan untuk pembangunan dalam 20 tahun ke depan.
Meski demikian kota cimahi harus mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat dengan berakhlak mulia, berbudaya, menerapkan ilmu dan teknologi serta memiliki jejaring sosial produktif yang unggul.
Lebih lanjut dalam pembangunan Kota Cimahi Tahun 2025 tema yang akan diusung ialah perwujudan stabilitas ekonomi dan peningkatan daya saing sumber daya manusia, latar belakang pengambilan tema ini ialah sebagai upaya untuk mewujudkan kondisi perekonomian Kota Cimahi yang tercermin dengan indikator makro ekonomi daerah dalam kondisi stabil.
Sebelumnnya Kota Cimahi pada tahun 1976, Cimahi ditetapkan sebagai kota administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1975. Saat itu, Cimahi masih merupakan bagian dari Kabupaten Bandung.
Bagaimana wilayah Cimahi pada tahun 1976? Cimahi merupakan kota administratif pertama di Jawa Barat. Cimahi merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Utara. (One).
*Sumber berbagai Artikel