Jepara Jateng-mediakompas86.com
Mengamati maraknya para jurnalis dan pekerja media di Jepara seringkali dijadikan sebagai pion pion penguasa dan media sering digunakan untuk sukseskan agenda mereka.
Seharusnya, Jurnalis yang baik itu bersikap netral dan mampu menggali informasi, bukan yang semangat mematahkan pendapat narasumber dengan agenda sendiri. Walaupun tidak semua namun Media, Jurnalis sekarang banyak yang mengikutin idelismenya sendiri. Itu yang ngeri!
Jurnalis yang netral itu meliput peristiwa dengan mengambil jarak dari peristiwa. Opini dan sikap pribadinya tidak bercampur dengan fakta. Kemarin ada satu jurnalis yang nulis mengajak demo, itu sama saja memuja tindakannya sendiri. Bukan hanya tidak netral, tapi sudah manipulatif.
Jurnalis muda memang lebih mobile dan semangat, tapi kalau tidak dibekali pengetahuan yg cukup, kualitas penulisan yang disampaikan, informasinya tidak mendalam.
Hakekat jurnalis itu melaporkan peristiwa. Bukan membuat peristiwa, apalagi peristiwa politik. Di saat menjelang Pilkada, Jika media sudah menjadi bagian dari peristiwa politik, ya jangan harap bisa netral dan objektif. Maka publik tidak bisa disalahkan kalau tak percaya lagi pada media2 yang wartawannya suka berpolitik.
Jurnalis harus paham etika itu lebih luas dari kode etik yang dirumuskan asosiasi wartawan. Etika itu norma sosial terkait rasa keadilan dan nalar yang sehat. Yang memberi sanksi pelanggar etika itu rakyat. Rakyat punya hak ngawasi apa saja termasuk media, tak harus lembaga resmi sepeti Dewan Pers.
Pesanku, Berpeganglah pada etika, agar reputasi senantiasa terjaga. Melanggar etika itu sering tidak terasa, tapi saat terbuka, pelanggarnya bisa kehilangan nama, bahkan tak lagi dipercaya. Bagi jurnalis ternama sekalipun, etika dan idependensi media itu ibarat nyawa, yg harus selalu dijaga.
Rudy