Kepala Dinas Pertanian Manggarai Barat, Laurensius (foto mediakompas86.com)
Labuan Bajo,NTT– Buntut persoalan terkait bantuan mesin penggilingan padi kepada Kelompok Tani (Poktan) Crucifix yang beralamat di Desa Mbuit, kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) belum menemui titik terang.
Diketahui, bantuan mesin Penggilingan padi tersebut merupakan bantuan dari Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur TA 2019 yang diberikan untuk kelompok tani Crucifix di Desa Mbuit. Namun belakangan terungkap bahwa mesin bantuan tersebut disinyalir dijadikan bisnis pribadi oleh Wihelmus Syukur yang merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Manggarai Barat dari Partai NasDem.
Sebelumnya, media ini menerbitkan berita pertanggal (21/03/2023) yang berjudul “Bantuan Giling Padi Diduga Jadi Bisnis Pribadi Oleh Salah Seorang Oknum Anggota DPRD Mabar”
Informasi yang peroleh media ini bahwa pada tahun 2019, proses penyerahan mesin penggilingan padi kepada kelompok tani Crucifix, turut disaksikan oleh mantan sekertaris Dinas pertanian Manggarai Barat, Laurensius yang sekarang menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Barat.
Terkonfirmasi pemberitaan sebelumnya, namun belum ada titik terang sehingga ketua kelompok tani Crucifix dan Sekertaris menduga bahwa kadis pertanian dengan seorang anggota DPRD Mabar yakni Wili Syukur sudah melakukan konspirasi dengan kadis pertanian.
Dikonfirmasi media ini diruang kerjanya, Senin (20/03/2023) menyampaikan bahwa bantuan mesin penggilingan padi tersebut bersumber dari dana APBD 1 TA 2019 dan itu berdasarkan survei dan itu masuk di kelompok tani Crucifix.
Selasa, (28/03/2023) media ini kembali mendatangi Kepala Dinas Pertanian kabupaten Manggarai Barat, Laurensius diruang kerjanya untuk mengonfirmasi terkait persoalan tersebut.
Anehnya, dalil yang disampaikan Kadis Laurensius justru berbanding terbalik dengan statement yang disampaikannya saat dikonfirmasi sebelumnya pertatanggal (21/03/2023).
“Sudah dikelompok itu barang, saya juga tidak bisa mengintervensi karena itukan menjadi haknya kelompok. Sebaiknya mereka sendiri yang merembuk disana karena ada ketua kelompoknya mereka,” Ujar Kadis Laurensius.
Ketika ditanya wartawan, kapan turun ke desa Mbuit karena dimana sebelumnya pak kadis menyampaikan bahwa dalam waktu dekat saya akan suruh tim Penyuluh dari dinas pertanian untuk menyelesaikan persoalan itu ? Menanggapi hal itu, kadis Laurensius justru berdalih dengan sejumlah alasan.
“Saya masih sibuk pikir ini, pikir itu, pikir dana DAU, tapi saya sudah tau, yang jelas jangan ada gejolaknya, jangan ada ribut, menyelesaikan persoalan itu dengan kepala dingin,” tandasnya.
Harapan saya begini, kata Kadis Laurensius, jangan lempar lagi kesini persoalan itu dalam hal ini Dinas Pertanian, kan sudah dikelompok itu barang.
“Jujur, saya juga belum dapat pemberitahuan mereka kalau mereka itu punya persoalan, makanya saya diam-diam saja, saya enjoi saja. Saya rasa media sudah konfirmasi kepada pak Wili Syukur, kenapa tidak diselesaikan.
Kalaupun nanti kita turun, kita tidak bisa menyelesaikan dan memberikan keputusan itu,” Pungkasnya.
Lebih lanjut dikatakan Laurensius, Nanti kita duduk bersama, dan saya berharap mereka disana duduk bersama dan laporkan hasilnya ke Dinas Pertanian. Masa tunggu dari saya lagi untuk menyelesaikan.
“Ini menjadi tanggung jawab saya, nanti saya turun bersama staf dari Dinas Pertanian untuk mendiskusikan itu, tapi sifatnya mendiskusikan cari jalan yang terbaik. Itu saja harapan saya karena saya tidak mau mereka disana terpecah gara-gara kehadiran mesin giling. Tapi saya tidak pastikan waktunya, yang terpenting barang itu masih disana,”pintanya.
Diketahui, mesin penggilingan padi tersebut tidak beroperasi selama kurang lebih tiga tahun terakhir sejak 2021-2022-2023 sehingga terkesannya mandek.
Menurut kadis Laurensius, tidak bisa ketua kelompok tani dengan Sekertaris yang kelola giling tersebut, yang mengelola itu managementnya, tidak bisa ketua yang mengelola karena kalau mau pikir, kehadiran mesin giling itu di Desa Mbuit sebetulnya supaya produksi mereka dikelola dengan baik, kelompok mereka diperdayakan.
“Itu sebenarnya tujuan kita nanti kesana (Desa Mbuit.red) memberi barang itu. Tetapi kalau begini masalahnya nanti kita perbaiki,” tambahnya.
“Waktu kita tidak bisa diprediksi, nantilah kita pikirkan itu. Tidak bisa saya pastikan waktu,” tutup Kadis Laurensius.
(*Deni*)