Potret Mak Ilah, Seorang Janda Inspirasi Steve Ewon Atasi Kemiskinan

Bagikan artikel ini
Kondisi rumah Mak Ilah warga Kabupaten Bandung Barat desa Kertawangi

KERTAWANGI|mediakompas86.com, -Secara umum kemiskinan dan pengangguran merupakan pekerjaan pemerintah daerah di Indonesia, begitupun di Kabupaten Bandung Barat.

Hal itu disampaikan Kepala Desa Kertawangi, Yanto Bin Surya saat konfirmasi terkait adanya warga yang masih tinggal dirumah tidak layak huni.

Sebelumnya, diberitakan jika masih ada warga Desa Kertawangi yang masih tinggal di sebuah gubuk yang lokasinya tidak jauh dari kandang bebek dan ayam peliharaannya.

Adalah Mak Ilah (62) warga Kampung Cibadak RT 03 RW 01 Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang terpaksa menetap berdampingan dengan hewan ternaknya.

“Saya akui memang masih ada warga miskin yang ada di Desa Kertawangi, seperti kondisi keluarga Mak Ilah, seorang janda yang harus menghidupi anak cucunya dan berusaha untuk tetap bertahan hidup,” ujar Kepala Desa Kertawangi, Yanto Bin Surya atau kerap disapa Steve Ewon, saat dikonfirmasi Senin 26 Juni 2023.

Steve Ewon menerangkan jika Mak Ilah adalah seorang pendatang yang sudah tinggal di tanah carik desa selama kurang lebih sepuluh tahun bersama anak dan cucunya berada di Desa Kertawangi.

“Secara pribadi, saya mengenal Mak Ilah, dan bukan hanya Mak Ilah saja yang mengalami kemiskinan ekstrim di desa kami, mungkin saat ini kalau dikatagorikan lebih dari sepuluh kepala keluarga dari ratusan kepala keluarga yang mendiami tanah carik desa, hal ini tentu menjadi PR besar buat kami sebagai aparat Desa untuk mengayomi dan melindungi masyarakat tidak mampu bisa hidup lebih baik lagi,” imbuh Steve Ewon.

Lebih lanjut Steve Ewon menjelaskan jika Mak Ilah adalah orang paling sering ditemuinya daripada masyarakat desa Kertawangi lainnya. Pasalnya, hampir setiap saat Mak Ilah selalu menyampaikan keluh kesah kehidupannya.

“Sebetulnya Mak Ilah menjadi inspirasi dan cermin bagi pribadi saya, bahwa ternyata warga saya masih ada yang tidak mampu dan harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah baik desa maupun pemerintah daerah. Terlepas dari persoalan pribadinya kami pun tentu sudah memikirkan bagaimana mencari solusi bagi kehidupan keluarganya melalui program bantuan dan permodalan meskipun tidak terlalu besar,” papar Ewon.

Menurut Steve Ewon, program bantuan seperti Rutilahu sudah didorong dan diajukan kepada pemerintah Kabupaten maupun Provinsi agar bisa di akomodir. Namun demikian, persyaratan administrasi menjadi kendala.

“Ya kita ketahui bersama, bantuan Rutilahu bagi warga yang mendiami tanah Desa atau tanah negara belum bisa di akomodir oleh pemerintah, karena program tersebut adalah program swadaya masyarakat dengan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Akan tetapi, untuk mengurangi beban masyarakat, kami bersama perangkat desa telah memutuskan untuk membantu kepada warga yang tinggal di tanah carik desa untuk diringankan dari beban sewa tanah carik desa yang menjadi kewenangan dan PAD Desa itu sendiri jauh lebih ringan,” jelasnya.

Hal penting lainnya menurut Ewon adalah bagaimana menjamin kesehatan masyarakat desa yang terindikasi Stunting atau kurang gizi.

Menurutnya, program Rumah Asik yang merupakan salah satu upaya mengendalikan dan mengatasi persoalan stunting menjawab persoalan yang menimpa Mak Ilah.

“Mak Ilah dan keluarganya menjadi salah satu perhatian kami, dan secara rutin kami berikan bantuan makanan yang mengandung protein tinggi seperti ikan, daging atau telur bagi mereka yang terindikasi Stunting atau kurang gizi, termasuk Mak Ilah. Harapannya tentu saja agar tidak ada lagi kasus stunting di masyarakat kami,” tegas Kepala Desa peraih Desa terbaik tingkat Kabupaten Bandung Barat ini.

Staf Desa Kertawangi saat meninjau lokasi dan memberi santunan untuk mak Ilah.

Dari kasus ini, Steve Ewon berharap kepada pemerintah daerah baik kabupaten maupun provinsi serta seluruh elemen masyarakat yang ada di desa Kertawangi untuk bergerak bersama, bergotong royong memerangi kemiskinan dan pengangguran yang masih menghantui dan menjadi persoalan penting.

“Tentu saja kerjasama pentahelix harus terus ditingkatkan baik pemerintah kabupaten maupun provinsi serta elemen masyarakat dengan cara bergotong royong, peduli terhadap sesama sebagai salah satu solusi mengatasi kemiskinan dan pengangguran, selain melalui program dan bantuan, juga keterlibatan dan peran aktif masyarakat sekitar kita yang peka terhadap persoalan sosial, karena kita tidak bisa melakukannya sendiri-sendiri,” pungkasnya.*